This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Pengertian & Teori Transfer dalam Belajar Menurut Ahli

tiagedhut.blogspot.com - Pengertian dan Teori Transfer dlm Belajar Menurut Ahli - Artikel ni akan membahas tentang pengertian transfer dlm belajar, ragam Transfer Belajar, faktor yg mempengaruhi transfer dlm belajar, teori daya dan transfer. Melalui artikel ni diharapkan mampu memahami dan menjelaskan transfer dlm belajar.

Transfer belajar merupakan suatu proses di mana pelajar menggunakan informasi sebelumnya dlm konteks yg baru. Transfer belajar sangat penting karena terkait dgn pembelajaran selanjutnya dlm konteks yg baru. Berbagai ragam transfer belajar akan difahami agar dpt memahami kondisi pelajar ketika diantara mereka ada yg dpt menerima materi baru ataupun sebaliknya. Kemudian perlu difahami factor yg memudahkan di dlm transfer belajar. Kemudian teori daya dan transfer akan menjelaskan pentingnya melatih daya-daya, sepertidaya ingatan, berfikir, merasakan sebagainya di sekolah, sehingga daya-daya yg sudah terlatih itu akan dpt digunakan dlm mata­-mata pelajaran yg lain dan jg bagi pekerjaan-pekerjaan lain di luar sekolah.
Pengertian & Teori Transfer dalam Belajar Menurut Ahli
image source: www.onlinepsychologydegree.net
baca juga: Strategi Pemecahan Masalah Pembelajaran dlm Psikologi

1. Transfer dlm Belajar

Transfer menurut Gage dan Berlinner (1984) adlh suatu proses yg memungkinkan menggunakan pelajaran sebelumnya di dlm situasi yg baru. Sedangkan menurut Gentile, dkk (dalam Santrock, 2007) transfer adlh seseorang mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan yg dimilikinya untk mempelajari / memecahkan masalah (problem solving) dlm situasi baru

Transfer sangat penting di dlm belajar karena transfer menyebabkan pelajar mempergunakan informasinya di dlm konteks yg baru:

Sekolah tak mampu mengajarkan pelajar segala sesuatu yg mereka ingin ketahui, tetapi seharusnya melengkapi pelajar dgn kemampuan untk mentransfer---menggunakan apa yg telah mereka pelajari untk mengatasi permasalahan baru secara sukses / untk belajar secara cepat di dlm situasi baru (Mayer & Wittrock dlm Eggen & Kauchack, 2004).

Mengingat kembali suatu informasi bukan suatu transfer. Transfer terjadi ketika pelajar dpt mengatasi permasalahan yg mereka tak temukan sebelumnya, dan transfer terjadi di dlm strategi belajar. Contohnya di dlm membuat beberapa pertanyaan mengenai apa yg sudah dipelajari.

Transfer dlm belajar ada yg bersifat positif dan ada yg negatif. Transfer belajar disebut positif jika pengalaman-­pengalaman / kecakapan-kecakapan yg telah dipelajari dpt diterapkan untk mempelajari situasi yg baru. Atau dgn kata lain, respons yg lama dpt memudahkan untk menerima stimulus yg baru. Contohnya, seorang siswa yg telah menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika. Contoh lain adlh kepandaian mengendarai sepeda membuat orang mudah belajar naik sepeda motor.

Adapun disebut transfer negatif jika pengalaman / kecakapan yg lama menghambat untk menerima pelajaran/kecakapan yg baru. Contoh berikut kiranya dpt mempenjelas pengertian kita. Seseorang yg telah biasa mengetik dgn dua jari, jika ia akan belajar mengetik dgn sepuluh jari tanpa melihat, akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada seseorang yg baru belajar mengetik. Seorang guru yg berusaha memperbaiki/meng­ajar membaca anak-anak yg telah gagal diajar oleh guru lain dgn suatu metode, akan banyak mengalami kesukaran dan memakan waktu yg lebih lama, daripada mengajari anak­- anak yg baru saja belajar membaca

2. Ragam Transfer Belajar

Menurut Gagne (baca: Gaenye) seorang education psycholo­gist (pakar psikologi pendidikan) yg masyhur, transfer dlm belajar dpt digolongkan ke dlm empat kategori.
  1. Transfer positif, yaitu transfer yg berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
  2. Transfer negatif, yaitu transfer yg berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya;
  3. Transfer vertikal, yaitu transfer yg berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yg lebih tinggi.
  4. Transfer lateral, yaitu transfer yg berefek baik terhadap kegiatan be­lajar pengetahuan /keterampilan yg sederajat.

Penjelasan lebih lanjut mengenai aneka ragam transfer adlh sebagai berikut :

a. Transfer positif
Transfer positif dpt terjadi dlm diri seorang siswa apabila guru membantu untk belajar dlm situasi tertentu yg mempermudah siswa tersebut belajar dlm situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut Barlow (dalam Syah, 2006) adlh learning in one situation helpful in other situa­tions, yakni belajar dlm suatu situasi yg dpt membantu belajar dlm situasi-situasi lain.

b. Transfer negatif
Transfer negatif dpt dialami seorang siswa apabila ia belajar dlm situasi tertentu yg memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengetahuan yg dipelajari dlm situasi-situasi lainnya.Pengertian ni diambil dari Educational Psychology: The Teaching-Learning Process oleh Daniel Lenox Barlow (1985) yg menyatakan bahwa transfer negatif itu berarti, learning in one situation has a damaging effect in other situations.

c. Transfer vertikal
Transfer vertikal (tegak lurus) dpt terjadi dlm diri seorang siswa apabila pelajaran yg telah dipelajari dlm situasi tertentu membantu siswa tersebut dlm menguasai pengetahuan/keterampilan yg lebih tinggi / rumit. Misalnya, seorang siswa SD yg telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan pd waktu menduduki kelas II akan mudah mempelajari perkalian pd waktu dia menduduki kelas III. Sehubungan dgn hal ini, penguasaan materi pelajaran kelas II merupakan prerequisite (prasyarat) untk mempelajari materi pelajaran kelas III.

Agar memperoleh transfer vertikal, guru sangat dianjurkan untk menjelaskan kepada para siswa secara eksplisit mengenai faidah materi yg sedang diajarkannya bagi kegiatan belajar materi lainnya yg lebih kompleks. Upaya ni penting sebab kalau siswa tak memiliki alasan yg benar mengapa ia harus mempelajari materi yg sedang diajarkan gurunya itu (antara lain untk transfer vertikal), mungkin ia tak akan mampu memanfaatkan materi tadi untk mempelajari materi lainnya yg lebih rumit. Padahal, learning in one situation allows mastery of more complex skills in other situations (Barlow, dlm Syah 2006) yg berarti bahwa belajar dlm suatu situasi memungkinkan siswa menguasai keterampilan-keterampilan yg lebih rumit dlm situasi yg lain.

d. Transfer lateral

Transfer lateral (ke arah samping) dpt terjadi dlm diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yg telah dipelajarinya untk mempelajari materi yg sama kerumitannya dlm situasi-situasi yg lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut. Contoh: seorang lulusan SIM yg telah menguasai teknologi ‘X’ dari sekolahnya dpt menjalankan mesin tersebut di tempat kerjanya. Di samping itu, ia jg mampu mengikuti pelatihan menggunakan teknologi mesin-mesin lainnya yg mengandung elemen dan kerumitan yg kurang lebih sama dgn mesin X’ tadi. Hasilnya, transfer lateral itu dpt dikatakan sebagai gejala wajar yg memang sangat diharapkan baik oleh pihak pengajar maupun pihak pelajar. Namun, idealnya hasil belajar siswa tak hanya dpt digunakan dlm konteks kehidupan yg sama rumitnya dgn belajar, tetapi jg dpt digunakan dlm konteks kehidupan yg lebih kompleks dan penuh persaingan.

3. Factor yg Mempengaruhi Transfer dlm Belajar

Menurut Eggen & Kauchack (2004) sedikitnya terdapat enam factor yg dpt mempengaruhi kemampuan pelajar untk transfer, sebagai berikut:
  1. Kesamaan di dlm situasi belajar
  2. Pemahaman mendalam atas apa yg telah dipelajari
  3. Kualitas dari pengalaman belajar
  4. Situasi untk pengalaman pelajar
  5. Variasi dari situasi dan pengalaman
  6. Penekanan metacognition

1. Kesamaan di dlm situasi belajar
Transfer belajar terjadi apabila seseorang dpt menerapkan sebagian / semua kecakapan-kecakapan yg telah dipelajarinya ke dlm situasi lain yg tertentu. Seseorang yg telah dpt mengendarai sepeda motor lebih mudah jika ia belajar mengendarai mobil. Pe­ngetahuan dan kecakapannya mengendarai sepeda motor diterapkan / ditransferkan kepada kecakapan mengen­darai mobil.

Demikianlah kita dpt mengatakan transfer belajar, apabila yg telah kita pelajari dpt dipergunakan untk mempelajari yg lain. Biasanya transfer ni terjadi karena adanya persamaan sifat antara yg lama dgn yg baru, meskipun tak benar-benar sama. Anak yg pandai ber­hitung soalan lebih mampu jika disuruh berbelanja ke pasar. Anak yg pandai dan menguasai bahasa lebih mudah mem­pelajari ilmu bumi daripada anak yg lain.

2. Pemahaman mendalam atas apa yg telah dipelajari
Transfer membutuhkan pemahaman tingkat tinggi. Hal ni jelas, tetapi di dlm penelitian (dalam Eggen & Kauchack, 2004) ditemukan bahwa siswa seringkali gagal untk transfer karena mereka tak memahami topik yg pertama.

Semakin banyak siswa praktik dan feedback terhadap topik yg mereka pelajari, mereka akan semakin memiliki pemahaman yg lebih mendalam, dan dimungkinkan transfer pd akhirnya terjadi.

Ketika membuat rencana kurikulum, Sekolah harus memiliki konsep dan ketrampilan yg penting untk ditekankan, sehingga mereka dpt konsentrasi pd kualitas pemahaman daripada kualitas informasi yg diberikan.

Sebagaimana pandangan konstruktivisme dari belajar menyatakan secara tak langsung, interaksi sosial jg merupakan fasilitas transfer karena memperkaya pemahaman dasar. Sebagaimana siswa share idea (bertukar pemikiran) dan identifikasi kaitan topik yg mereka pelajari, akan memberikan keuntungan wawasan ke dlm setting yg berbeda.

Jika pemahaman dasarnya dangkal / kurang, guru harus mencoba untk mempersiapkan pelajar dgn berbagai kualitas yg lebih tinggi dari contoh yg diberikan di dlm satu situasi, hanya untk mereka siswa yg memiliki latar belakang pengetahuan yg kurang.

3. Kualitas dari pengalaman belajar
Kualitas berkaitan dgn keluasan contoh-contoh / representasi isi yg meliputi seluruh informasi yg siswa butuhkan untk memahami topik. Dan kata pengalaman belajar memberi kesan suatu pengalaman di mana penalaran-penalaran dari jawaban adlh suatu hal yg penting sebagai suatu jawaban dari mereka sendiri. Contohnya. Ketika Santi bertanya, Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa itu harus dikurangi? Bagaimana (keluasan masukan)? dan Bagaimana kita dpt menjadi pemikir yg kritis....Dapat kah seseorang menjelaskan 12 kali 3? Dia menekankan penalaran dari jawaban. Penekanan di sini memastikan kualitas pengalaman.

4. Konteks/situasi untk pengalaman pelajar
Kontektualisasi berkaitan dgn penggunaan lingkungan yg real. Situasi dpt mempengaruhi transfer di dlm belajar. Hal ni mengarahkan kita kepada berbagai variasi di dlm pengalaman belajar. Situasi belajar agak sedikit kontroversial. Pendapat yg ekstrem menyatakan bahwa transfer sebenarnya tak mungkin karena seluruh pengetahuan tak terlepas dari situasi.

Tetapi bukti transfer ada. Contoh, keterampilan seseorang di dlm mengendarai di kota yg luas jarang memiliki masalah mengendarai di area pedesaan, dan seseorang yg memiliki keterampilan membaca teks buku dpt jg membaca koran dan majalah dgn mudah.

5. Variasi dari situasi dan pengalaman belajar
Pengetahuan dan keterampilan belajar di dlm situasi dpt diaplikasikan ke dlm situasi yg lain, guru harus memberikan konsep dan masalah di dlm berbagai varisasi situasi. Variasi diharapkan memiliki faktor yg sangat penting yg mempengaruhi pemahaman transfer.

Variasi dipastikan jg memberikan makna meng-cover suatu topik dlm berbagai cara, di mana kadang-kadang dikatakan menyediakan representasi berbagai pengetahuan. Sebagai pelajar membangun pemahaman berarti mempersiapkan diri untk transfer, tiap-tiap kasus / contoh menambah pertalian dan perspektif di mana orang lain tertinggal. Juga, variasi yg lebih besar akan memberikan kesamaan contoh-contoh dan konteks di dlm latar belakang pengetahuan yg menarik bagi siswa. Kesamaan, merupakan salah satu factor yg dpt mempengaruhi transfer.

Penerapan yg sama terhadap suatu pemecahan masalah dan strategi belajar--- variasi yg lebih besar dari aplikasi, lebih besar dimungkinkan bahwa pemahaman siswa akan ditransfer. Feedback informatif mengenai tepat dan tak tepat jawaban dan prosedur adlh essensial jika belajar dan transfer terjadi.

6. Penekanan metacognition
Metacogniton adlh kesadaran dari control yg diperoleh berdasarkan proses kognitif individu. Sebagai contoh pelajaran X, Randy mengatakan. saya lebih baik mencatat, karena saya tak pernah mengingatnya. Dia telah menunjukkan suatu kesadaran dari kemampuan mengingatnya, dan dia telah melatih pengendalian mengingat melalui mencatat; Randy telah melakukan metacognitive.

Penekanan pd metacognition---mendorong siswa untk mengendalikan, refleks, dan memperbaiaki strategi belajar dan penyelesaian masalah---juga meningkatkan transfer.

Menariknya, beberapa bukti mengindikasikan bahwa transfer umum dpt terjadi untk pendirian/sikap dan penempatan. Contoh, kecenderungan terbukanya pemikiran, untk sikap yg hati-hati di dlm mengambil keputusan, untk mencari kenyataan yg mendukung kesimpulan, dan untk mengambil tanggung jawab personal untk belajar adlh penempatan yg umum. Wilayah spesifik pengetahuan adlh harus memahami kesimpulan dan fakta yg relevan, tetapi penempatan adlh orientasi umum. Guru dpt meningkatkan transfer penempatan melalui modeling menggunakan disiplin dari hari kehari dan terus menerus tiap hari pesan di mana belajar adlh suatu aktivitas bermakna yg difasilitasi oleh metacognition.

4. Teori Daya dan Transfer

Ada suatu teori yg erat hubungannya dgn transfer belajar, yaitu teori daya. Teori ni bertitik tolak dari pan­dangan ilmu jiwa, bahwa jiwa itu terdiri atas gejala-gejala/daya-daya jiwa, seperti: daya mengamati, daya ingatan, daya berpikir, daya perasaan. daya kemauan, dan sebagainya.

Menurut teori daya (biasa disebut jg formal dicipline), daya-daya jiwa yg ada pd manusia itu dpt dilatih. Dan setelah terlatih dgn baik, daya-daya itu dpt di­gunakan pula untk pekerjaan lain yg menggunakan daya tersebut. Dengan demikian terjadilah transfer belajar. Ber­ikut ni beberapa contoh sebagai penjelasan. Misalkan seorang anak yg semenjak kecil melatih diri cara-cara melempar dgn tepat. Mula-mula ia berlatih melempar-lempar dgn batu, kemudian di sekolah ia sering bermain kasti, sehingga terlatih pula melempar dgn bola. Menurut teori daya, anak yg telah terlatih daya melemparnya dgn baik, nantinya jika ia telah dewasa dan menjadi tentara, dpt menjadi pelempar granat yg baik. Contoh lain murid-murid dilatih belajar sejarah. Dengan mempelajari pelajaran sejarah tak boleh tak daya ingatannya sering diperguna­kan untk mengingat-ingat bermacam-macam penistiwa, dan sebagainya. Ingatan anak itu makin terlatih dan makin baik terhadap pelajaran itu. Maka menurut pendapat Teori daya, daya ingatan yg telah terlatih baik bagi pelajaran itu dpt digunakan pula (ditransferkan) kepada pekerjaan lain.

Demikianlah, menurut teori daya pd tiap mata pelajaran di sekolah pendidik perlu melatih daya-daya itu (daya ingatan, berpikir, merasakan, dan sebagainya), sehingga daya-daya yg sudah terlatih itu akan dpt digunakan dlm mata­-mata pelajaran yg lain dan jg bagi pekerjaan-pekerjaan lain di luar sekolah. Sekolah yg menganut teori daya ini, sudah tentu lebih mengutamakan terlatihnya semua daya­-daya jiwa anak-anak, daripada nilai / kegunaan mata pelajaran. Berguna / tidaknya materi/isi mata pelajaran itu dlm praktek di kemudian hari, tidaklah menjadi soal. Yang penting, apapun yg diajarkan asalkan dpt melatih daya-daya jiwa adlh baik. Penganut teori daya beranggap­an bahwa anak-anak yg pandai di sekolah sudah tentu akan pandai pula dlm masyarakat

Daftar Pustaka
  1. Eggen, P & Kauchak, D.P. 2004. Educational Psychology; Windows on Classrooms. 6-th ed. USA: Pearson Merril Prentice Hall
  2. Gage/Berliner. 1984. Educational Psychology. Third Edition. U.S.A: Houghton Mifflin Company.
  3. Purwanto, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda
  4. Santrock. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
  5. Syah, M.2006. Psikologi Pendidikan dgn Pendekatan Baru. Bandung: Rosda
  6. Syah, M. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sekian artikel tentang Pengertian dan Teori Transfer dlm Belajar Menurut Ahli.

0 Response to "Pengertian & Teori Transfer dalam Belajar Menurut Ahli"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *