This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Penjelasan Tentang Ikhlas

tiagedhut.blogspot.com - الأعمال صور قائمة وأرواحها وجود سر الإخلاص فيها


"Amal-amal yg dhohir itu ibarat gambaran-gambaran yg berdiri, sedangkan ruhnya adlh wujudnya ikhlas di dalamnya"
Penjelasan Hikmah ‎ Himah ni merupakan sepucuk hikmah yg menyempurnakan salah satu hikmahnya Ibnu 'Atha'illah yg artinya : "Bermacam-macam jenisnya amal karena bermacam-macam tujuannya".
Di dlm hikmah ni Ibnu 'Atha'illah mencoba mengulas tentang pentingnya ikhlas. Setelah kita mengetahui bahwa amal-amal yg di gunakan seorang muslim untk mendekatkan diri kepada Allah SWT tak hanya terbatas pd hal-hal yg wajib, melainkan mencakup semua hal yg bisa memberi manfaat dan maslahah kepada individu maupun masyarakat. Dan setelah kita mengerti bahwa Allah membagi amal-amal tersebut kepada para hamba-Nya sesuai dgn kemampuan dan kapasitas mereka, maka Ibnu 'Atha'illah mengingatkan kita melalui hikmah ini, bahwa untk mencapai ridla Allah SWT, amal-amal ni di syaratkan harus di lakukan dgn ikhlas tanpa tercampur dgn tujuan-tujuan lain kecuali hanya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Untuk mengetahui makna hikmah ni kita harus mengerti bahwa tiap ibadah yg dilakukan oleh tiap muslim untk mencapai ridla Allah SWT itu tersusun dari dua komponen, yaitu amal dan tujuan (Qasdu). Sehingga amal ibadah yg baik dan bermanfaat secara dhahirnya. Akan tetapi tak ada niat mencari ridla Allah SWT, maka amal tersebut tak ada harganya. Sedangkan niat yg baik tanpa di wujudkan dgn amal ibadah, maka niat tersebut tak ada harganya di dlm kebanyakan hal. Ini di karenakan niat yg baik tanpa di wujudkan dgn amal terkadang bisa bernilai ketika seseorang tak mampu melakukannya. Contohnya adlh orang miskin yg berniat untk shadaqah, hanya saja dia tak mampu melakukannya, karena tak memiliki uang dan harta. Penjelasan dari Alqur'an Dan Hadits قُلْ اِنّيْۤ اُمِرْتُ اَنْ اَعْبُدَ اللهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدّيْنَ. وَ اُمِرْتُ ِلاَنْ اَكُوْنَ اَوَّلَ الْمُسْلِمِيْنَ. Katakanlah, Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dgn memurnikan ketaatan kepada-Nya dlm (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yg pertama-tama berserah diri. [QS. Az-Zumar : 11-12]‎
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya tiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya tiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yg dia niatkan. Siapa yg hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yg hijrahnya karena dunia yg dikehendakinya / karena wanita yg ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yg dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yg merupakan kitab yg paling shahih yg pernah dikarang)
Niat merupakan syarat layak/diterima / tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala). Waktu pelaksanaan niat dilakukan pd awal ibadah dan tempatnya di hati. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pd semua amal shalih dan ibadah. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya. Semua perbuatan yg bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adlh niat. Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adlh membenarkan dlm hati, diucapkan dgn lisan dan diamalkan dgn perbuatan.
Surat al-baqarah ayat 139‎
قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ (١٣٩)
Katakanlah: Apakah kamu memperdebatkan dgn Kami tentang Allah, Padahal Dia adlh Tuhan Kami dan Tuhan kamu; bagi Kami amalan Kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya Kami mengikhlaskan hati, ‎
Surat Al-A’raf ayat 29‎
قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ (٢٩)
Katakanlah: Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan. dan (katakanlah): Luruskanlah muka (diri)mu[A] di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dgn mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pd permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya).
[A] Maksudnya: tumpahkanlah perhatianmu kepada sembahyang itu dan pusatkanlah perhatianmu semata-mata kepada Allah.‎
Tentang pengertian ikhlas dlm ajaran islam terbagi dlm 2 sudut padang. Pengertian menurut bahasa dan pengertian berdasarkan istilah. Menurut bahasa, pengertian ikhlas artinya tulus dan bersih. Sedangkan menurut istilah, makna dan arti ikhlas adlh mengerjakan suatu kebaikan dgn semata-mata mengharap rida Allah SWT. Bagi orang yg ikhlas, suatu perbuatan baik tak harus dikaitkan dgn imbalan / balasan, apalagi hal itu diharapkannya dari manusia / orang yg diberi kebaikan oleh kita, melainkan hanya semata-mata ingin mendapatkan rida Allah SWT. Jadi meskipun tak mendapatkan imbalan apa pun, dan dari pihak mana pun, ia akan tetap melakukan perbuatan baiknya itu.
Ikhlas adlh sikap perbuatan yg timbul karena adanya keinginan sendiri, bukan karena perintah / paksaan orang lain. Jika mengerjakan sesuatu karena mengharap imbalan dari suatu pihak tertentu maka belum termasuk ikhlas. Misalnya, mengerjakan salat karena ingin dipuji oleh orang tua, orang lain, / pacar dan mengharap pujian yg lain berarti ibadah salat tersebut tak ikhlas, bahkan tak mendapatkan pahala karena termasuk perbuatan "riya".
Sikap ikhlas sangat penting dimiliki oleh tiap muslim, sebab hidup ni akan terasa berat bagi orang yg tak ikhlas. Tapi sebaliknya akan terasa ringan bagi mereka yg berhati ikhlas dan tulus. Selain itu, perilaku ikhlas jg dpt mendatangkan berbagai keuntungan bagi pelakunya.
Berikut ni adlh manfaat dan keuntungan dari sikap dan perilaku ikhlas antara lain sebagai berikut. Pekerjaan terasa ringan dan menyenangkan, sebab dilakukan dgn senang hati dan sepenuh hati. Bekerja tanpa beban dan paksaan karena yg memerintah hati nuraninya, bukan orang lain / hawa nafsunya. Semakin banyak berbuat kebaikan, semakin senang hatinya karena telah mampu menolong banyak orang / pihak. Mengerjakannya dgn sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Bebas dari harapan untk dipuji orang / disanjung oleh pihak lain. Melakukannya dgn penuh pengabdian. ‎ Allah SWT. menyeru kita untk selalu ikhlas dlm beramal, khususnya dlm beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana dalil alam firman-Nya:
إِنَّآ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ فَٱعۡبُدِ ٱللَّهَ مُخۡلِصٗا لَّهُ ٱلدِّينَ . أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلۡخَالِصُۚ
Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dgn (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dgn tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Ingatlah! Hanya milik Allah agama yg murni (dari syirik) ...." (Q.S. Az-Zumar: 2-3)
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (١١)
Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dgn memurnikan ketaatan kepada-Nya dlm (menjalankan) agama.
قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي (١٤)
Katakanlah: Hanya Allah saja yg aku sembah dgn memurnikan ketaatan kepada-Nya dlm (menjalankan) agamaku.‎
Surat Al-Isra’ ayat 80‎
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا (٨٠)
dan Katakanlah: Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yg benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yg benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yg menolong[A].
[A] Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita memasuki suatu ibadah dan selesai daripadanya dgn niat yg baik dan penuh keikhlasan serta bersih dari ria dan dari sesuatu yg merusakkan pahala. ayat ni jg mengisyaratkan kepada Nabi supaya berhijrah dari Mekah ke Madinah. dan ada jg yg menafsirkan: memohon kepada Allah s.w.t. supaya kita memasuki kubur dgn baik dan keluar daripadanya waktu hari-hari berbangkit dgn baik pula.

Hadits Rosululloh tentang Pentingnya Sifat Ikhlas ‎
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda,
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ اِلىَ اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلىَ صُوَرِكُمْ وَ لٰكِنْ يَنْظُرُ اِلىَ قُلُوْبِكُمْ. مسلم ‎ Sesungguhnya Allah tak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu. [HR. Muslim]
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda,
وَ رَوَى اْلبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ: لَوْ اَنَّ اَحَدُكُمْ يَعْمَلُ فىِ صَخْرَةٍ صَمَّاءَ لَيْسَ لَهَا بَابٌ وَ لاَ كَوَّةٌ لَخَرَجَ عَمَلُهُ كَائِنًا مَا كَانَ. متفق عليه ‎ Seandainya salah seorang di antara kamu melakukan suatu perbuatan di dlm gua yg tak ada pintu dan lubangnya, maka amal itu tetap akan bisa keluar (tetap dicatat oleh Allah) menurut keadaannya. [HR. Bukhari dan Muslim]

Asy-Syaikhooni (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang orang yg berperang dgn gigih dan penuh keberanian, orang yg berperang dgn semangat yg agak lemah dan orang yg berperang karena riya’ (ingin dippuji orang).
Siapa diantara mereka itu yg termasuk dijalan Allah ? Maka Rasulullah SAW menjawab,
وَ اَخْرَجَ الشَّيْخَانِ ، سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ الرَّجُلِ يُقَاتِلُ شَجَاعَةً وَ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَ يُقَاتِلُ رِيَاءً، اَيُّ ذٰلِكَ فِى سَبِيْلِ اللهِ ؟ فَقَالَ ص: مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ اْلعُلْيَا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ. متفق عليه ‎ Barangsiapa yg berperang agar supaya kalimat Allah itu yg paling tinggi, maka dialah yg berperang dijalan Allah. [HR. Bukhari dan Muslim]
Dari Ibnu Umar RA ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda : Apabila Allah menurunkan adzab kepada sekelompok kaum, maka adzab itu akan menimpa orang-orang yg berada di dalamnya. Kemudian mereka akan dibangkitkan berdasar niat mereka masing-masing [HR. Bukhari dan Muslim]
عَنْ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللهِ اِلاَّ اُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فَمِ امْرَأَتِكَ. البخارى
Dari Sa’ad bin Abi Qaqqash, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda : Sesungguhnya kamu, tidaklah menafkahkan suatu nafkah untk mencari ridlo Allah dengannya, melainkan kamu diberi pahala atasnya, hingga sesuatu yg kamu berikan pd mulut isterimu. [HR. Bukhari]
فَدَخَلُوْهُ فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ اْلجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ اْلغَارَ فَقَالُوْا: اِنَّهُ لاَ يُنْجِيْكُمْ مِنْ هٰذِهِ الصَّخْرَةِ اِلاَّ اَنْ تُدْعُوا اللهَ تَعَالَى بِصَالِحِ اَعْمَالِكُمْ. قَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: اَللّهُمَّ كَانَ لِى اَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيْرَانِ وَ كُنْتُ لاَ اَغْبِقُ قَبْلَهُمَا اَهْلاً وَ لاَ مَالاً فَنَأَى بِى طَلَبُ الشَّجَرِ يَوْمًا فَلَمْ اُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوْقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ فَكَرِهْتُ اَنْ اُوْقِظَهُمَا وَ اَنْ اَغْبِقَ قَبْلَهُمَا اَهْلاً اَوْ مَالاً، فَلَبِثْتُ وَ اْلقَدَحُ عَلَى يَدِى اَنْتَظِرُ اسْتَيْقَظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ وَ الصّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمِيَّ فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوْقَهُمَا، اَللّهُمَّ اِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذٰلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ هٰذِهِ الصَّخْرَةِ. فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ اْلخُرُوْجَ مِنْهُ. قَالَ اْلاٰخَرُ: اَللّهُمَّ اِنَّهُ كَانَتْ لِى ابْنَةُ عَمّ كَانَتْ اَحَبَّ النَّاسِ اِلَيَّ. و فى رواية: كُنْتُ اَحَبُّهَا كَاَشَدّ مَا يُحِبُّ الرّجَالُ النّسَاءَ فَاَرَدْتُهَا عَلَى نَفْسِهَا فَامْتَنَعَتْ مِنّى حَتَّى اَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنَ السّنِيْنَ فَجَاءَتْنِى فَاَعْطَيْتُهَا عِشْرِيْنَ وَ مِائَةَ دِيْنَارٍ عَلَى اَنْ تُخَلّيَ بَيْنِى وَ بَيْنَ نَفْسِهَا فَفَعَلْتُ حَتَّى اِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا. و فى رواية: فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتْ: اِتَّقِ اللهَ وَ لاَ تَفُضَّ اْلخَاتَمَ اِلاَّ بِحَقّهِ. فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَ هِيَ اَحَبُّ النَّاسِ اِلَيَّ وَ تَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِى اَعْطَيْتُهَا، اَللّهُمَّ اِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذٰلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَاَفْرِجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ. فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ غَيْرَ اَنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ الْخُرُوْجَ مِنْهَا. وَ قَالَ الثَّالِثُ: اَللّهُمَّ اسْتَأْجَرْتُ اُجَرَاءَ وَ اَعْطَيْتُهُمْ اَجْرَهُمْ غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِى لَهُ وَ ذَهَبَ فَثَمَّرْتُ اَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ اْلاَمْوَالَ، فَجَاءَنِى بَعْدَ حِيْنٍ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللهِ، اَدّ اِلَيَّ اَجْرِى. فَقُلْتُ: كُلُّ مَا تَرَى مِنْ اَجْرِكَ مِنَ اْلاِبِلِ وَ اْلبَقَرِ وَ اْلغَنَمِ وَ الرَّقِيْقِ. فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللهِ، لاَ تَسْتَهْزِئُ بِى. فَقُلْتُ: لاَ اَسْتَهْزِئُ بِكَ. فَاَخَذَهُ كُلَّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا، اَللّهُمَّ اِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذٰلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَاَفْرِجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ. فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوْا يَمْشُوْنَ. متفق عليه
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab RA ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
Terjadi pd masa dahulu sebelum kamu, ada tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam di dlm gua. Setelah mereka itu masuk ke dlm gua itu, tiba-tiba jatuh sebuah batu besar dari atas bukit dan menutup pintu gua itu, sehingga mereka tak dpt keluar. Maka mereka berkata: Sesungguhnya tak ada yg bisa menyelamatkan kamu sekalian dari bahaya batu ini, kecuali kalian berdo’a kepada Allah Ta’ala dgn amal-amal shalih yg pernah kamu lakukan dahulu. Lalu salah seorang di antara mereka berdo’a : Ya Allah, dahulu saya mempunyai ayah dan ibu yg sudah tua, dan saya biasa tak memberi minuman susu kepada seorangpun sebelum keduanya, baik kepada keluarga / hamba sahaya. Dan pd suatu hari, saya menggembala agak jauh sehingga tak bisa kembali kepada keduanya kecuali telah malam dan ayah ibu saya telah tidur. Lalu saya memerah susu untk keduanya. Aku mendapati keduanya sedang tidur nyenyak dan sayapun tak mau membangunkan keduanya, dan sayapun tak mau memberikan minuman itu kepada siapapun sebelum kepada keduanya, baik kepada keluarga maupun kepada hamba sahaya. Maka saya tetap menunggu bangunnya ayah dan ibuku dgn membawa bejana tempat susu itu hingga terbit fajar. Maka ayah ibuku bangun lalu minum susu yg saya perah itu. Padahal malam itu jg anak-anak saya menangis minta susu itu didekat kakiku. Ya Allah, jika saya berbuat itu benar-benar karena mengharapkan keridloan-Mu, maka lapangkanlah keadaan kami ni dari bahaya batu ini.
Lalu batu itu bergeser sedikit, tetapi mereka belum bisa keluar dari gua itu. Orang yg lain (orang yg kedua) : Ya Allah, dahulu saya pernah jatuh cinta pd seorang gadis anak paman saya. Dan dlm suatu riwayat, Saya sangat mencintainya sebagaimana orang-orang laki-laki jatuh cinta kepada wanita, sampai saya ingin berzina padanya, tetapi dia selalu menolak. Sampailah pd suatu hari, tibalah tahun paceklik dan wanita yg sangat saya cintai itu menderita kelaparan, lalu ia datang minta bantuan kepadaku, maka aku berikan kepadanya uang seratus dua puluh dinar dgn janji bahwa dia mau menyerahkan dirinya kepada saya, sehingga ketika saya berleluasa padanya, dan dlm suatu riwayat disebutkan : Maka setelah saya berada diantara dua kakinya, tiba-tiba ia berkata : Takutlah kamu kepada Allah dan janganlah kau pecahkan tutup kecuali dgn halal ! Lalu saya bangun darinya meskipun saya sangat mencintainya, dan saya biarkan uang emas yg telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah, jika saya berbuat yg demikian itu semata-mata mengharap keridloan-Mu, maka hindarkanlah kami dari bahaya ni Lalu batu itu bergeser sedikit, tetapi mereka tetap belum bisa keluar dari gua itu. Dan orang yg ketiga berdo’a : Ya Allah, dahulu saya mempunyai banyak buruh dan karyawan. Dan pd waktu gajian saya telah memberikan gajinya kepada mereka itu, kecuali satu orang yg belum saya berikan gajinya, karena dia pergi dan tak mengambil gajinya itu. Kemudian gaji orang tersebut saya kembangkan sehingga menjadi harta yg banyak. Kemudian setelah waktu yg lama, orang itu datang kepada saya dan berkata : Hai hamba Allah, berikan kepadaku gaji saya ! Lalu saya menjawab : Semua yg kamu lihat itu dari gajimu, berupa onta, sapi, kambing dan budak penggem-bala itu. Dia berkata : Hai hamba Allah, janganlah kamu mengejek kepadaku Lalu saya berkata : Saya tak mengejek kepadamu Lalu dia mengambil semuanya itu dan menggiringnya, dan dia tak meninggalkan sedikitpun dari semua itu. Ya Allah, jika saya berbuat yg demikian itu semata-mata mengharap keridloan-Mu, maka hindarkanlah kami dari bahaya ini. Kemudian batu itu bergeser lagi sehingga mereka bisa keluar, lalu mereka keluar dgn berjalan. [HR. Muttafaq 'alaih]
Bentuk dan contoh perilaku ikhlas Ikhlas artinya bersih dan tulus dlm melakukan sesuatu, tanpa adanya harapan untk mendapatkan imbalan dan balasan dari apa yg dikerjakannya itu, selain mengharapkan rida Allah SWT. semata. Ikhlas / tidaknya seseorang dlm melakukan suatu perbuatan sangat tergantung pd niatnya. Adapun niat itu tempatnya di dlm hati, sehingga keikhlasan seseorang sukar untk diketahui. Tapi demikian, dpt dilihat dari sikap perilaku, ucapan dan tindakannya. Bentuk perilaku ikhlas ada dua, yaitu sebagai berikut. ‎ Ikhlas dlm ucapan Maksudnya ucapan yg disampaikan dgn tulus, tak mengandung unsur dusta, tak bermaksud membuat orang lain celaka, dan tak karena terpaksa, melainkan atas dasar sukarela. Contoh orang yg ikhlas dlm ucapan antara lain ucapan guru yg sedang mengajarkan ilmu kepada murid- muridnya, ticapan orang tua ketika sedang menasihati anaknya, dan ucapan suami yg sedang membimbing istrinya. ‎ Ikhlas dlm perbuatan ‎ Maksudnya perbuatan yg dilakukan dgn tulus, tanpa pamrih dan sepenuh hati. Orang yg ikhlas dlm beramal dan berbuat sesuatu, tak akan merasa terbebani / terpaksa atas perbuatannya itu. Melainkan ia merasa senang dan gembira telah dpt beramal / berbuat demikian. Contohnya, memberikan bantuan berupa barang / jasa pekerjaan kepada orang lain, meskipun terasa berat waktu mengerjakannya, tapi tetap dilaksanakannya dgn sukacita, karena senang melakukannya. Selain itu juga, tak membicarakan perihal bantuannya itu kepada orang lain, apalagi mengungkit- ungkitnya di kemudian hari. ‎ Contoh dan perumpamaan yg nyata bagi perilaku ikhlas dlm perbuatan, ialah ketika kita mau buang air besar. Kita menjalankannya dgn senang hati. Mulai dari berangkat menuju WC, duduk menungguinya sampai tuntas, membersihkannya dgn air, dan meninggalkan apa yg telah kita buang itu tanpa ada rasa penyesalan, dan tak mengungkit-ungkitnya di kemudian hari.
Demikian jg dgn perilaku ikhlas yg mesti dimiliki oleh tiap muslim. Sebagaimana yg dijelaskan oleh Allah SWT. dlm Al-Qur'an al karim.
وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا ٨ إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا
Artinya: Dan mereka memberikan makanan yg disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yg ditawan (sambil berkata), Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu. (Q.S. Al-Insan: 8-9)
Nilai-nilai positif dari perilaku ikhlas
Ikhlas dan tulus atas apa yg dilakukan dan diucapkan merupakan sikap terpuji, dan mengandung nilai-nilai yg sangat luhur dan mulia. Nilai-nilai luhur berakhlak ikhlas dpt diklasifikasikan sebagai berikut : ‎ Tidak mengharapkan imbalan suatu apa pun, kecuali rida Allah SWT. semata. Mengerjakan sesuatu atas kesadaran sendiri, tak karena adanya paksaan / tekanan dari pihak lain.‎ Mengerjakan segala sesuatu dgn sepenuh hati, tanpa ada rasa sungkan dan malas apalagi meremehkan atas pekerjaannya tersebut. Tidak girang ketika dipuji, dan tak benci ketika dicela dan dicaci. Bersedia menerima masukan, saran, dan kritik dari orang/pihak lain dgn senang hati. Cara membiasakan diri berperilaku terpuji ikhlas Bersikap perilaku ikhlas merupakan suatu perbuatan yg amat terpuji dan harus dipegang teguh oleh tiap muslim. Oleh sebab itu, hendaknya kita mulai membiasakan diri berperilaku ikhlas dlm tiap ucapan dan perbuatan Berperilaku ikhlas sesungguhnya tak sulit, jika terasa berat itu hanyalah bisikan setan yg selalu menggoda manusia agar tak melakukan perbuatan baik. Jadi hendaknya kita berlatih sejak saat ini, agar kelak menjadi terbiasi berakhlak ikhlas. Dalam upaya membiasakan diri berakhlak ikhlas, ada baiknya diperhatikan beberapa hal sebagai berikut ini. ‎ Tanamkan kesadaran dlm hati bahwa apa pun yg kita miliki hakikatnya hanya titipan dari Allah. Hendaknya meluruskan niat pd tiap melakukan suatu amal perbuatan, semata-mata hanya ingin mendapatkan rida Allah SWT. Dalam beramal jangan pilih kasih, melainkan semua orang harus dipandang sama. Lupakan tiap amal kebaikan yg telah dilakukan, agar tak memiliki rasa angkuh dan sombong. Berdoalah kepada Allah SWT. agar diberi kekuatan dlm berakhlak ikhlas.‎

Takhtimah ‎ Banyak sekali gambaran-gambaran yg kita temukan dlm kehidupan masyarakat mengenai amal-amal yg tak di dasari rasa ikhlas.
Diantaranya adlh seseorang yg bertumpuk hutang. Ketika tiba waktu pelunasan dia melihat orang yg menghutanginya sedang menuju kepadanya dari jauh. Sehingga dia bergegas menuju masjid yg terdekat dan melakukan rantaian shalat sunnah yg banyak. Tidak bisa diragukan lagi bahwa dia melakukan shalat bukan untk mendekatkan diri kepada Allah SWT, melainkan semata-mata hanya ingin lari dan terbebas dari tagihan hutang.
Contoh lain adalah, seorang pekerja yg tersibukkan oleh tugasnya di perusahaan, ketika mendengar adzan dhuhur dia bergegas meninggalkan pekerjaannya dgn dalih ingin melakukan shalat dhuhur. Lalu dia berwudlu dgn waktu yg lama dan shalat dgn panjang, kemudian dia mengambil tempat bersandar untk istirahat dan memperbanyak dzikir dan tilawatul Qur'an. Tentunya ibadah-ibadah dgn keadaan ni bukanlah termasuk amal-amal yg mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena dia melakukan ibadah-ibadah ni tak lain hanyalah menjauihi tugasnya agar bisa beristirahat.
Salah satu yg bisa menjadi contoh adlh kelompok jamaah haji. Dan mereka sepakat untk saling membantu dan menjaga kemaslahatan yg kembali pd mereka. Diantara mereka ada seseorang yg ingin lari dari pekerjaan yg memberi maslahat untk sesama seperti menghidangkan makanan, mencuci piring / yg lain. Sehingga diapun menyibukkan diri dgn selalu thawaf, shalat, membaca Al-Qur'an dan berdzikir, jelas sekali sesungguhnya ibadah-ibadah ni dilakukan bukan untk mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan tetapi agar bisa terbebas dari pekerjaan-pekerjaan yg dibebankan padanya.

Intisari dari keterangan di atas adlh kita harus mengetahui dan tak boleh lupa bahwa amal-amal shaleh yg diperintahkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya di dlm Al-Qur'an tak hanya terbatas pd perkara-perkara yg wajib dan rukun Islam, akan tetapi amal shaleh itu jg mencakup semua hal yg bisa mewujudkan kemaslahatan. Baik kemaslahatan individu maupun kemaslahatan sosial.
Adapun kemaslahatan-kkemaslahatan ni harus di jaga sesuai dgn urutan-urutan yg telah di tetapkan syara', yaitu di awali dgn mendahulukan kemaslahatan agama (hifdhu diin), kemudian kemaslahatan hidup (hifdhu nafsi), lalu kemaslahatan akal (hifdhu 'aqli), kemudian kemaslahatan keturunan (hifdhu nasab) dan terakhir adlh kemaslahatan harta (hifdhu mal).
Jadi semua hal-hal tersebut merupakan ibadah-ibadah yg dilakukan seorang muslim untk mewujudkan makna ubudiyyah kepada Allah SWT.
Dan perlu kita ingat bahwa di dlm ummat Islam pasti akan selalu terdapat segolongan yg benar dan ikhlas didalam beribadah, dan mereka tak mendapatkan madlarat dari orang-orang yg menentangnya. Hal ni sesuai dgn hadist Rasulullah SAW :
لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خالفهم حتى يأتي أمر الله وهم ظاهرون.(متفق عليه)‎
"Di dlm umatku selalu ada golongan yg memperlihatkan kebenaran dan tak mendapatkan bahaya dari orang-orang yg menentangnya sampai datang hari Qiamat sedangkan mereka dlm kebenaran". Muttafaqun 'Alaih.‎
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq‎

other source : http://wiyonggoputih.blogspot.com, http://merdeka.com, http://kompas.com

0 Response to "Penjelasan Tentang Ikhlas"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *