This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Tentang Hadits Dari Para Perawi Ahli Bid'ah - Syi'ah

Tentang Hadits Dari Para Perawi Ahli Bid'ahtiagedhut.blogspot.com - Pada tataran kajian al-jarh dan at-ta'dil para ulama hadits, khususnya dari kalangan mutaqadimin ditetapkan bahwa kebid'ahan seorang ahli bid'ah disisi beliau semua rahimahullah itu adlh bertingkat-tingkat. Ada yg berat sampai meng-kafir-kan pelakunya, ada yg hanya menjadikan fasik, dan ada yg ringan.Adapun, berkenaan dgn riwayat-riwayat hadits yg berasal dari perawi ahli bid'ah tersebut, adlh hal yg baik bagi kita untk mengetahui penyikapan para ulama ni atas periwayatan hadits dari para perawi ahli bid'ah ini, diantaranya :
Pertama : Kehati-hatian terhadap riwayat dari perawi seperti itu

Imam Muslim rahimahullah mengatakan :
اعلم وفقك الله تعالى أن الواجب على كل احد عرف التمييز بين صحيح الروايات وسقيمها وثقات الناقلين لها من المتهمين أن لا يروى منها الا ما عرف صحة مخارجه والستارة في ناقليه وأن يتقى منها ما كان عن أهل التهم والمعاندين من أهل البدعKetahuilah, semoga Allah memberikan taufik kepadamu, bahwasannya wajib bagi tiap orang untk mengetahui perbedaan diantara riwayat yg shahih dan yg tak shahih, dan wajib pula mengetahui perbedaan diantara para perawi tsiqah yg dinukil riwayatnya dan para perawi yg buruk.Hendaklah seorang berhati-hati terhadap riwayat dari para perawi yg tertuduh, dan jg para perawi yg menyimpang dari kalangan ahli bid’ah.
(Muqadimah Shahih Muslim 1/7)
Ya, kehati-hatian merupakan hal mendasar yg harus dipegang dlm menyikapi hadits-hadits dari seorang ahli bid’ah, baik yg jelas penyimpangannya ataupun belum jelas.Adapun jika kemudian setelah melalui pengkajian dan penyelidikan yg seksama, menjadi jelas diketahui bahwa perawi dari kalangan ahli bid’ah itu ternyata adlh seorang yg jujur, hafizh, tsiqah, dan bukan seorang pendusta serta tak pula menghalalkan kedustaan, ataupun kemudian memang telah jelas diketahui kalau penisbatan bid’ah kepadanya itu ternyata tidaklah tsabit, maka jika seperti ni riwayat darinya bisa diterima.

Kedua : Pembagian terhadap status dari bid’ah itu sendiri

Dalam hal ni kita bagi saja menjadi 2 (dua) kelompok :
1. Bid’ah yg menjadikan ahli bid’ah itu kafir
2. Bid’ah yg tak menjadikan ahli bid’ah itu kafir

Adapun kelompok pertama, maka riwayatnya ditolak dan jelas gugur.
Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan :
قال العلماء من المحدثين والفقهاء وأصحاب الأصول المبتدع الذي يكفر ببدعته لا تقبل روايته بالاتفاقPara ulama dari kalangan ahli hadits, ahli fiqih dan ahli ushul menyepakati bahwa ahli bid’ah yg kebid’ah-annya menjadikan dia kafir, maka periwayatannya tidaklah diterima.
(Al-Minhaj 1/60)

Sedangkan kelompok yg kedua, maka jika ia memang terbukti sebagai seorang yg jujur, hafizh, tsiqah, dan bukan seorang pendusta serta tak pula menghalalkan kedustaan, maka riwayatnya bisa diterima.

Ketiga : Pembagian terhadap sifat dari ahli bid’ah itu sendiri

Dalam hal ni kita bagi jg menjadi 2 kelompok :
1. Ahli bid’ah yg tak menyeru / tak menyebarkan bid’ahnya.
2. Ahli bid’ah yg menyeru / menyebarkan bid’ahnya

Adapun kelompok pertama, maka jika ia memang terbukti sebagai seorang yg jujur, hafizh, tsiqah, dan bukan seorang pendusta serta tak pula menghalalkan kedustaan, maka riwayatnya bisa diterima.
Ibnu Hibban rahimahullah mengatakan :
ففى الصحيحين وغيرهما من كتب أئمة الحديث الاحتجاج بكثيرين من المبتدعة غير الدعاة ولم يزل السلف والخلف على قبول الرواية منهم والاحتجاج بها والسماع منهم واسماعهم من غير انكار منهم والله اعلمDi dlm kitab Shahihain dan dlm kitab2 para imam hadits selain keduanya, maka didalamnya terdapat riwayat2 yg menjadi hujjah yg berasal dari kalangan ahli bid’ah yg tak menyeru kepada bid’ahnya.
Dan kalangan ulama2 salaf dan khalaf-pun tak segan untk menerima riwayat2 dari ahli2 bid’ah ni dan ber-hujjah dengannya, mendengar hadits dari mereka dan memperdengarkan hadits kepada mereka tanpa mengingkarinya.
(Al-Minhaj 1/61)

Sedangkan kelompok kedua, maka menurut madzhab yg shahih yg dipilih oleh imam An-Nawawi rahimahullah, maka riwayatnya ditolak.
Ibnu Hibban rahimahullah mengatakan :
لا يجوز الاحتجاج بالداعية عند أئمتنا قاطبة لا خلاف بينهم في ذلك Menurut para imam kami bahwa tidaklah boleh berhujjah dgn riwayat ahli bid’ah yg menyeru kepada bid’ahnya. Dan tak ada perselisihan diantara beliau semua dlm perkara ini.
(Al-Minhaj 1/61)

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan :
يكتب عن القدري إذا لم يكن داعية Hadits dari seorang Qadariyah tetap ditulis, yaitu jika ia tak menyeru kepada bid’ahnya.
(Syarh ‘Ilal At-Tirmidzi 1/13)

Ibnu Mahdi rahimahullah mengatakan :
ثلاثة لا يؤخذ عنهم : المتهم بالكذب ، وصاحب بدعة يدعو إلى بدعته ، والرجل الغالي عليه الوهم والغلط Tiga golongan yg tak diambil riwayat dari mereka, yaitu yg tertuduh sebagai pendusta, ahli bid’ah yg menyeru kepada bid’ah-nya, dan perawi yg banyak sekali wahm dan salahnya.
(Syarh ‘Ilal At-Tirmidzi 1/29)
Semisal ada seorang Syi’ah yg menyebarkan paham bid’ah-nya / mengajak kepada bid’ah-nya baik secara halus maupun terang2an, sebagaimana banyak kita temui orang-orang Syi'ah seperti ni sekarang,
Atau seorang Khawarij yg menyebarkan paham bid’ah-nya / mengajak kepada bid’ah-nya baik secara halus maupun terang2an, Atau seorang Qadariyah yg menyebarkan paham bid’ah-nya / mengajak kepada bid’ah-nya baik secara halus maupun terang2an, Dan jg ahli2 bid'ah yg lainnya yg menyeru kepada bid'ahnya, maka orang-orang seperti ni ditolak riwayatnya.

Keempat : Bilakah riwayat dari seorang ahli bid'ah yg dikenal jujur itu kemudian diterima?
Yakni jika riwayat darinya ni tidaklah menguatkan kepada bid’ahnya. Al-Hafizh ibnu Hajar rahimahullah mengatakan bahwa Al-Hafizh Abu Ishaq Al-Juzajani rahimahullah -syaikhnya imam Abu Dawud rahimahullah dan imam An-Nasa’i rahimahullah- mengatakan :
ومنهم زائغ عن الحق -أي عن السنة- صدوق اللهجة , فليس فيه حيلة إلا أن يؤخذ من حديثه ما لا يكون منكرا إذا لم يقو به بدعته Dan diantara para perawi itu ada yg menyimpang dari kebenaran -yakni dari sunnah- tapi jujur ucapannya, maka perawi seperti ini, tak alasan bagi kami kecuali akan diambil haditsnya yg tak munkar yaitu apabila haditsnya itu tak menguatkan kepada bid’ahnya.
(Nuzhatun-Nazhar fi Taudhih Nukhbatil-Fikar halaman 128)
Sehingga apabila hadits yg datang dari perawi ahli bid'ah itu adlh sebagai sesuatu yg mendukung / menguatkan bid'ah mereka, maka riwayatnya adlh tertolak.

Dikatakan pula bahwa dlm hal ni terdapat perbedaan pendapat, tapi perkataan Abu Ishaq rahimahullah di atas merupakan sesuatu yg baik untk dijadikan pegangan dlm permasalahan ni dan seperti ni pulalah yg dipilih oleh Al-Hafizh ibnu Hajar rahimahullah.

Wallaahu a’lam.
Selanjutnya....Dalam hal ini, ada hal yg jg perlu diperhatikan, yaitu bahwa diterimanya hadits dari seorang perawi ahli bid'ah, bukanlah berarti merupakan suatu pengakuan akan kebenaran bid'ahnya.Imam al-Bukhari rahimahullah, imam Muslim rahimahullah, dan ulama2 hadits yg lainnya memang ada mengambil periwayatan hadits dari para perawi ahli bid'ah, akan tetapi pemikiran para perawinya yg bid'ah dan manhaj-nya yg bid'ah sama sekali tak diambil dan bahkan dijauhi serta diingkari.
Hal ni sebagaimana dikatakan bahwa :
"Kejujuran mereka (dalam periwayatan hadits) adlh untk kita, sedangkan bid'ahnya tetaplah diingkari dan kebid'ahannya itu hanyalah untk mereka."
Ya, kurang lebihnya, seperti itulah.Wallaahu a’lam.

0 Response to "Tentang Hadits Dari Para Perawi Ahli Bid'ah - Syi'ah"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *