This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Haji] Said Aqil Siradj Dan Pembusukan NU Dari Dalam

tiagedhut.blogspot.com - Kalau ada yg bertanya, apakah tujuan organisasi Nahdlatul Ulama didirikan? Jawabannya adlh jelas, bahwa para ulama pesantren mendirikan NU tujuannya adlh untk menjaga, melestarikan dan memperjuangkan Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah tetap berjalan dan tersosialisasi di Indonesia.

Hal tersebut dipicu dgn mulainya ekspor ajaran-ajaran yg menyimpang dari Ahlussunnah, seperti Syiah dan Wahabi, ke bumi Nusantara. Sehingga mendorong para kiai pesantren untk mendirikan organisasi NU. Kesimpulannya, NU didirikan untk menjaga keislaman mayoritas bangsa Indonesia yg mengikuti Ahlussunnah Wal-Jamaah, dari pengaruh dan rongrongan aliran-aliran di luar faham Ahlussunnah Wal-Jama’ah, seperti Syiah dan Wahabi.

Said Aqil Siradj Dan Pembusukan NU Dari Dalam

Dalam sebuah diskusi, di jejaring sosial group WhatsApp ada sebuah tema yg menjadi bahan pembicaraan, yaitu berkaitan dgn sosok Said Aqil Siroj (SAS), Ketua Umum PBNU, apakah SAS benar-benar memperjuangkan visi dan misi NU, yaitu melestarikan, menjalankan dan mensosialisasikan ajaran Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah, / selama kepemimpinannya ia tak memperjuangkan visi dan misi NU?

Dalam sebuah buku yg berjudul TASAWUF SEBAGAI KRITIK SOSIAL; MENGEDEPANKAN ISLAM SEBAGAI INSPIRASI, BUKAN ASPIRASI yg diterbitkan oleh Lajnah Ta’lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) pd tahuan 2012, SAS berkata:

Secara historis, kelahiran Sunni dan Syiah merupakan sunnatullah yg harus disyukuri sebagai khazanah pemikiran umat Islam. ... Di samping itu, diskursus teologi, baik itu Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, maupun Syiah, semuanya bersifat rasional. Semuanya tetap dlm bingkai Islam. Bahkan patut dikatakan semuanya adlh Ahlussunnah sepanjang mengakui eksistensi Allah Swt, para nabi dan rasul, Kitab-kitab Allah dan hari kiamat. Perbedaan di luar itu bersifat furu’iyah saja. Halaman 84.

Kalau kita membaca sedikit cermat pernyataan di atas, akan mengantarkan kita pd beberapa kesimpulan.

Pertama, ajakan SAS untk mensyukuri keberadaan Syiah di Indonesia, entah apakah syukuran tersebut dgn mengadakan tumpengan, selamatan dan lain sebagainya.

Kedua, dgn tegas dan tanpa tedeng aling-aling SAS menjelaskan bahwa Mu’tazilah dan Syiah itu Ahlussunnah juga. Perbedaan antara Ahlussunnah dan Syiah hanya sebatas furu’iyah saja, tak berkaitan dgn masalah-masalah ushuliyah (akidah).

Ketiga, syarat suatu kelompok disebut Ahlussunnah adlh keimanannya kepada Allah, para nabi dan rasul, kitab-kitab Allah dan hari kiamat. Dengan persyaratan yg sangat general ini, berarti seluruh aliran sesat termasuk Ahlussunnah juga, selama beriman dgn hal-hal tersebut. Padahal hampir kebanyakan aliran-aliran sesat seperti Syiah, Khawarij dan Mu’tazilah jg beriman terhadap hal-hal tersebut.

Tentu pernyataan SAS tersebut bertentangan dgn realita dan pendapat seluruh ulama Sunni dan Syiah sendiri. Di satu sisi, Syiah tak mau menyebut dirinya Ahlussunnah. Demikian pula sebaliknya, Ahlussunnah tak menyebut dirinya Syiah. Dan di sisi lain, Ahlussunnah dan Syiah sangat tegas menyatakan bahwa perbedaan mereka lebih berkaitan dgn persoalan ushuliyah, bukan persoalan furu’iyah saja.

Adalah Hadlratusy Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yg menegaskan tentang kesesatan Syiah dlm banyak kitab yg beliau tulis. Berikut beberapa pernyataan Hadlratusy Syaikh tentang kesesatan Syiah dan bahwa mereka bukan Ahlussunnah.

Pernyataan Pertama

فَصْلٌ فِيْ بَيَانِ تَمَسُّكِ أَهْلِ جَاوَى بِمَذْهَبِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَبَيَانِ ابْتِدَاءِ ظُهُوْرِ الْبِدَعِ وَانْتِشَارِهَا فِيْ أَرْضِ جَاوَى، وَبَيَانِ أَنْوَاعِ الْمُبْتَدِعِيْنَ فِيْ هَذَا الزَّمَان
قَدْ كَانَ مُسْلِمُوا اْلأَقْطَارِ الْجَاوِيَّةِ فِي اْلأَزْمَانِ السَّالِفَةِ الْخَالِيَةِ مُتَّفِقِي اْلآَرَاءِ وَالْمَذْهَبِ وَمُتَّحِدِي الْمَأْخَذِ وَالْمَشْرَبِ، فَكُلُّهُمْ فِي الْفِقْهِ عَلىَ الْمَذْهَبِ النَّفِيْسِ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ مُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيْسَ، وَفِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ عَلىَ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ أَبِي الْحَسَنِ اْلأَشْعَرِيِّ، وَفِي التَّصَوُّفِ عَلىَ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ الْغَزَالِيِّ وَاْلإِمَامِ أَبِي الْحَسَنِ الشَّاذِلِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِيْنَ

ثُمَّ إِنَّهُ حَدَثَ فِيْ عَامِ اَلْفٍ وَثَلاَثِمِائَةٍ وَثَلاَثِيْنَ أَحْزَابٌ مُتَنَوِّعَةٌ وَآَرَاءُ مُتَدَافِعَةٌ وَأَقْوَالٌ مُتَضَارِبَةٌ، وَرِجَالٌ مُتَجَاذِبَةٌ، فَمِنْهُمْ سَلَفِيُّوْنَ قَائِمُوْنَ عَلىَ مَا عَلَيْهِ أَسْلاَفُهُمْ مِنَ التَّمَذْهُبِ بِالْمَذْهَبِ الْمُعَيَّنِ وَالتَّمَسُّكِ بِالْكُتُبِ الْمُعْتَبَرَةِ الْمُتَدَاوِلَةِ، وَمَحَبَّةِ أَهْلِ الْبَيْتِ وَاْلأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ، وَالتَّبَرُّكِ بِهِمْ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا، وَزِيَارَةِ الْقُبُوْرِ وَتَلْقِيْنِ الْمَيِّتِ وَالصَّدَقَةِ عَنْهُ
وَاعْتِقَادِ الشَّفَاعَةِ وَنَفْعِ الدُّعَاءِ وَالتَّوَسُّلِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

وَمِنْهُمْ رَافِضِيُّوْنَ يَسُبُّوْنَ سَيِّدَنَا أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَيَكْرَهُوْنَ الصَّحَابَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، وَيُبَالِغُوْنَ هَوَى سَيِّدِنَا عَلِيٍّ وَأَهْلِ بَيْتِهِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ، قاَلَ السَّيِّدُ
مُحَمَّدٌ فِيْ شَرْحِ الْقَامُوْسِ: وَبَعْضُهُمْ يَرْتَقِيْ إِلىَ الْكُفْرِ وَالزَّنْدَقَةِ أَعَاذَنَا اللهُ وَالْمُسْلِمِيْنَ مِنْهَا

قَالَ الْقَاضِيْ عِيَاضُ فِي الشِّفَا: عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ (اللهَ اللهَ فِيْ أَصْحَابِيْ لاَ تَتَّخِذُوْهُمْ غَرْضًا بَعْدِىْ فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّيْ أُحِبُّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِيْ أُبْغِضُهُمْ وَمَنْ آَذَاهُمْ فَقَدْ آَذَانِىْ وَمَنْ آَذَانِىْ فَقَدْ آَذَى اللهَ وَمَنْ آَذَى اللهَ يُوْشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ) وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْن لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلاَ عَدْلاً

وَقَالَ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَإِنَّهُ يَجِيْءُ قَوْمٌ فِيْ آَخِرِ الزَّمَانِ يَسُبُّوْنَ أَصْحَابِيْ فَلاَ تُصَلُّوْا عَلَيْهِمْ وَلاَ تُصَلُّوْا مَعَهُمْ وَلاَ تُنَاكِحُوْهُمْ وَلاَ تُجَالِسُوْهُمْ وَإِنْ مَرِضُوْا فَلاَ تَعُوْدُوْهُمْ) وَعَنْهُ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَنْ سَبَّ أَصْحَابِيْ فَاضْرِبُوْهُ) وَقَدْ أَعْلَمَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ سَّبُهْم وَأَذَاهُمْ يُؤْذِيْهِ وَأَذَى النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَرَامٌ فَقَالَ : لاَ تُؤْذُوْنِيْ فِيْ أَصْحَابِيْ وَمَنْ آَذَاهُمْ فَقَدْ آَذَانِىْ وَقَالَ (لاَ تُؤْذُوْنِيْ فِيْ عَائِشَةَ) وَقاَلَ فِيْ فَاطِمَةَ (بُضْعَةٌ مِنِّىْ يُؤْذِيْنِيْ مَا آَذَاهَا). - الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة أهل السنة والجماعة، ص 9-10
Pasal untk menjelaskan penduduk Jawa berpegang kepada madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah, dan awal kemunculan bid’ah dan meluasnya di Jawa, serta macam-macam ahli bid’ah di zaman ini.

Umat islam yg mendiami wilayah Jawa sejak zaman dahulu telah bersepakat dan menyatu dlm pandangan keagamaannya. Di bidang fikih, mereka berpegang kepada mazhab Imam Syafi’i, di bidang ushuluddin berpegang kepada mazhab Abu al-Hasan al-Asy’ari, dan di bidang tasawuf berpegang kepada mazhab Abu Hamid al-Ghazali dan Abu al-Hasan al-Syadzili, semoga Allah meridhoi mereka semua. Kemudian pd tahun 1330 H muncul kelompok, pandangan, ucapan dan tokoh-tokoh yg saling berseberangan dan beraneka ragam.

Diantara mereka adlh kaum salaf yg memegang teguh tradisi para tokoh pendahulu mereka dgn bermazhab dgn satu mazhab dan kitab-kitab mu’tabar, kecintaan terhadap Ahlul Bait Nabi, para wali dan orang-orang salih, selain itu jg tabarruk dgn mereka baik ketika masih hidup / setelah wafat, ziarah kubur, mentalqin mayit, bersedekah untk mayit, meyakini syafaat, manfaat doa dan tawassul serta lain sebagainya.

Di antara mereka jg ada golongan rofidhoh yg suka mencaci Sayidina Abu Bakar dan ‘Umar RA., membenci para sahabat nabi dan berlebihan dlm mencintai Sayidina ‘Ali dan anggota keluarganya, semoga Allah meridhoi mereka semua. Berkata Sayyid Muhammad dlm Syarah Qamus, sebagian mereka bahkan sampai pd tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan umat Islam dari aliran ini.

Berkata Al-Qadhi ‘Iyadh dlm kitab As-Syifa bi Ta’rif Huquq Al-Musthafa, dari Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah SAW bersabda: Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barang siapa membenci mereka, maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (HR al-Tirmidzi dlm Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3762).

Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kamu mencela para sahabatku, Maka siapa yg mencela mereka, atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah Ta’ala tak akan menerima amal darinya pd hari kiamat, baik yg wajib maupun yg sunnah. (HR. Abu Nu’aim, Al-Thabrani dan Al-Hakim)

Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kamu mencaci para sahabatku, sebab di akhir zaman nanti akan datang suatu kaum yg mencela para sahabatku, maka jangan kamu menyolati atas mereka dan shalat bersama mereka, jangan kamu menikahkan mereka dan jangan duduk-duduk bersama mereka, jika sakit jangan kamu jenguk mereka.

Nabi SAW telah kabarkan bahwa mencela dan menyakiti mereka adlh jg menyakiti Nabi, sedangkan menyakiti Nabi haram hukumnya. Rasul SAW bersabda: Jangan kamu sakiti aku dlm perkara sahabatku, dan siapa yg menyakiti mereka berarti menyakiti aku. Beliau bersabda, Jangan kamu menyakiti aku dgn cara menyakiti Fatimah. Sebab Fatimah adlh darah dagingku, apa saja yg menyakitinya berarti telah menyakiti aku. (Risalat Ahli Sunnah wal Jama’ah, h.9-10)

Pernyataan Kedua

وَلَيْسَ مَذْهَبٌ فِيْ هَذِهِ اْلأَزْمِنَةِ الْمُتَأَخِّرَةِ بِهَذِهِ الصِّفَةِ إِلاَّ الْمَذَاهِبَ اْلأَرْبَعَةَ، اَللّهُمَّ إِلاَّ مَذْهَبَ اْلإِمَامِيَّةِ وَالزَّيْدِيَّةِ وَهُمْ أَهْلُ الْبِدْعَةِ لاَ يَجُوْزُ اْلاِعْتِمَادُ عَلىَ أَقَاوِيْلِهِمْ. اهـ - الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة في تأكد الأخذ بمذاهب الأئمة الأربعة، ص 29
Bukanlah yg disebut mazhab pd masa-masa sekarang ni dgn sifat yg demikian itu kecuali Mazahib Arba’ah (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad). Selain dari pd itu, seperti mazhab Syiah Imamiyah dan Syiah Zaidiyah, mereka adlh ahul bid’ah yg tak boleh berpegang kepada pandangan-pandangan mereka. (Risalah fi Ta’akkud Al-Akhdzi bi Al-Madzahib Al-Arba’ah, h.29)

Pernyataan Ketiga

أَمَّا أَهْلُ السُّنَّةِ فَهُمْ أَهْلُ التَّفْسِيْرِ وَالْحَدِيْثِ وَالْفِقْهِ، فَإِنَّهُمْ الْمُهْتَدُوْنَ الَمُتَمَسِّكُوْنَ بِسُنَّةِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْخُلَفَاءِ بَعْدَهُ الرَاشِدِيْنَ، وَهُمُ الطَّائِفَةُ النَّاجِيَةُ، قَالُوْا وَقَدِ اجْتَمَعَتْ الْيَوْمَ فِيْ مَذَاهِبَ أَرْبَعَةٍ الْحَنَفِيُّوْنَ وَالشَّافِعِيُّوْنَ وَالْمَالِكِيُّوْنَ وَالْحَنْبَلِيُّوْنَ، وَمَنْ كَانَ خَارِجًا عَنْ هَذِهِ اْلأَرْبَعَةِ فِيْ هَذَا الزَّمَانِ فَهُوَ مِنَ الْمُبْتَدِعَةِ. اهـ - الشيخ محمد هاشم أشعري، زيادة تعليقات، ص 24-25
Adapun Ahlusunnah mereka adlh para Ahli Tafsir, Hadits dan Fiqih. Sungguh merekalah yg mendapat petunjuk dan berpegang teguh dgn sunnah Nabi Muhammad SAW dan para khalifah yg rasyid setelah beliau. Mereka adlh ‘kelompok yg selamat’ (thaifah najiyah). Para ulama berkata, pd saat ni kelompok yg selamat itu terhimpun dlm mazhab yg empat; Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali. Maka siapa saja yg keluar / di luar empat mazhab itu adlh ahlul bid’ah di masa ini. (Ziyadat Ta’liqat, h. 24-25)

Pernyataan Keempat

وَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُ لِتَنْقَمِعَ الْبِدَعُ عَنْ اَهْلِ اْلمَدَرِوَالْحَجَرِ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "اِذَاظَهَرَتِ الْفِتَنُ اَوِالْبِدَعُ وسُبَّ اَصْحَابِيْ فَلْيُظْهِرِالْعَالِمُ عِلْمَهُ فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Sampaikan secara terang-terangan apa yg diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang. Rasulullah SAW bersabda: Apabila fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku di caci maki, maka hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang. (Muqadimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama)

Paparan dari Hadlratusy Syaikh di atas memberikan kesimpulan bahwa Syiah adlh aliran sesat dan menyesatkan serta bukan termasuk bagian dari Ahlussunnah Waljamaah. Pernyataan tersebut bertentangan dgn pernyataan SAS sebelumnya yg menegaskan bahwa keberadaan Syiah harus disyukuri, bukan diberantas, dan bahwa Syiah bukan aliran sesat, serta bahkan termasuk Ahlussunnah tanpa ada perbedaan kecuali dlm masalah furu’iyah saja.

Dengan melihat adanya perbedaan yg saling bertolak belakang antara pernyataan Hadlratusy Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, selaku pendiri NU yg menolak terhadap ajaran Syiah dan menganggapnya sebagai salah satu aliran sesat, dgn pernyataan SAS yg mengajak mensyukuri keberadaan Syiah, serta menganggap Syiah sebagai bagian dari Ahlussunnah yg ditulisnya dlm buku terbitan resmi LTN PBNU, vonis apakah kiranya yg layak disematkan kepada SAS? Apakah dgn sepak terjang dan sikap SAS di atas, SAS berarti telah melakukan perbaikan (ishlah) kepada NU, / justru melakukan perusakan (ifsad)?

Apakah dgn demikian, SAS telah benar-benar menjaga amanah sebagai pimpinan NU, / justru telah berkhianat kepada para ulama pendiri NU dan warga nahdliyyin yg memberinya kepercayaan? Apakah SAS berarti telah memberikan pemantapan kepada warga nahdliyyin terkait dgn ajaran Ahlussunnah Wal-Jamaah yg diperjuangkan oleh NU, / justru melakukan pendangkalan dan penyimpangan? Apakah dgn sikap tersebut SAS telah melakukan penguatan terhadap NU sebagai organisasi benteng Ahlussunnah, / justru melakukan pembusukan dari dalam? Saya kira para pembaca dpt menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dgn hati nurani yg bersih.


Penulis: Muhammad Idrus Ramli
Sumber: facebook.com/muhammad.i.ramli.1/posts/10204766015502002

other source : http://reddit.com, http://kabarmakkah.com, http://bbc.co.uk

0 Response to "[Haji] Said Aqil Siradj Dan Pembusukan NU Dari Dalam"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *