This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Penjelasan Tentang Hakikat Pemimpin

tiagedhut.blogspot.com - Dan sungguh sebenarnya kita semua adlh pemimpin. Pemimpin lembaga tempat kita bekerja, pemimpin keluarga, / pemimpin untk diri kita sendiri. Rasulullah bersabda, كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت ‎ Kalian semua adlh pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yg dipimpin. Penguasa adlh pemimpin dan seorang laki-laki adlh pemimpin, wanita jg adlh pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adlh pemimpin dan tiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yg dipimpin. Semoga kita semua bisa menjadi pemimpin yg adil dan kita mendapatkan pemimpin yg adil sehingga masyarakat kita senantiasa dlm lindungan dan kasih sayang Allah.
Sungguh, sangat terhormat posisi seorang pemimpin yg menjalankan kepemimpinannya dgn amanah, melaksanakan kepercayaan rakyatnya, dan menetapkan hukum sesuai prinsip keadilan. Allah swt akan menyediakan baginya di akhirat kelak mimbar kehormatan yg terbuat dari cahaya, berada di sebelah kanan Ar-Rahman.
Rasulullah saw bersabda:
قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Sesungguhnya orang-orang yg berbuat adil di mata Allah berada di atas mimbar yg terbuat dari cahaya, berada di sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla. Yaitu mereka yg berbuat adil ketika menetapkan putusan hukum, dan adil terhadap pengikut dan rakyanya. (HR. Muslim)
Jika saja semua / sebagian besar masyarakat kita merupakan orang-orang yg taat dan bertakwa, maka insyaAllah keberhakaan dan kasih sayang Allah akan menyelimuti kehidupan kita semuanya.
Allah berfirman, ‎ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُوْنَ ‎ Seandainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa niscaya Kami bukakan bagi mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka malah mendustakan maka Kami pun menyiksa mereka disebabkan apa yg dulunya mereka upayakan (Al-A’raf:96) Meskipun demikian, yg jg patut kita waspadai kerusakan akhlak suatu kaum akan menyebabkan kerusakan pula pd langit dan bumi. Allah berfirman, ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ‎ Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan/ulah manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yg benar. (Ar-Rum: 41) Membaca kedua ayat tersebut, kami teringat dgn ucapan para ulama yg mengatakan, Jika Allah menghendaki kehancuran suatu negeri, maka dikirim kepada mereka para pemimpin yg dholim. Hal ni mengindikasikan bahwa meskipun baik komunitas suatu masyarakat, akan tetapi jika para pemimpin mereka adlh orang-orang yg dholim, maka hal tersebut merupakan pertanda suatu kehancuran. ‎ Berkenaan dgn hal tersebut maka terlihat betapa besarnya peran seorang pemimpin di tengah suatu masyarakat. Para ulama mengatakan, ‎ إذا صلح الرأس فما على الجسد بأس ‎ Jika baik kepalanya maka akan baik pula tubuhnya. ‎ Maksudnya jika baik pikirannya akan baik tingkahnya, / jika baik pemimpinnya, maka akan baik pula masyarakatnya. ‎ Dengan power yg mereka miliki, maka akan lebih mudah bagi mereka untk mengendalikan / membimbing bawahan mereka. Kepemimpinan pun menjadi seperti pedang yg jika dipegang oleh orang yg baik dan menggunakannya untk dakwah di jalan Allah, maka hal itu akan menjadikan dirinya sebagai seorang yg begitu istimewa di hadapan Allah. Sebaliknya, jika ia tak bisa memimpin dan menggunakan posisi dan jabatannya untk kebaikan, / bahkan mereka bertolong menolong dlm kerusakan dan kemaksiatan, maka kepemimpinannya merupakan suatu kerugian yg besar. ‎ Rasulullah bersabda, وعَنْ أَبِى سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْه ُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ ‎ Dari Ibnu Sa’id, berkata rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam, sesungguhnya manusia yg paling dicintai Allah dihari kiamat dan akan dimuliakan di majelis Allah adlh imam yg adil. Dan sejauh-jauh manusia dihadapan majelisnya Allah adlh imam yg tak adil. Dalam hadits yg lain Rasulullah bersabda, ‎ Barang siapa yg menunjuki seseorang kepada kebenaran, maka ia mendapatkan pahala semisal orang yg mengikutinya, tak berkurang sedikit pun. Para ulama menafsirkan bahwa demikian jg mereka yg mengajak kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa serupa dari orang-orang yg mengikutinya / mereka yg sesat karena dirinya. ‎ Urusan kepemimpian ada pd semua aspek. Oleh karena itu, masalah kepemimpian jg dipahami sebagaimana hadits rasul tentang seorang hakim, الْقُضَاةُ ثَلاَثَةٌ ، اثْنَانِ فِي النَّارِ ، وَوَاحِدٌ فِي الْجَنَّةِ : رَجُلٌ عَلِمَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ ، فَهُوَ فِي الْجَنَّةِ ، وَرَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ ، فَهُوَ فِي النَّارِ ، وَرَجُلٌ جَارَ فِي الْحُكْمِ ، فَهُوَ فِي النَّارِ ‎ Hakim itu ada 3 macam, dua kelompok di dlm neraka dan satu kelompok di dlm sorga. Mereka yg menghukumi dgn benar maka ia di dlm sorga, tetapi mereka yg menghukum dgn kejahilan maka ia di dlm neraka. Dan hakim yg tak adil dlm memutuskan, maka ia di dlm neraka. Oleh karenaitu, kita sungguh membutuhkan pemimpin yg baik, adil dan bijaksana. Mereka yg dgn kekuasaan yg dimilikinya mampu membimbing orang-orang yg dipimpinnya kepada ketaatan dan kebenaran. Pemimpin yg bisa memberikan teladan yg baik kepada pengikutnya. Dan sungguh rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam merupakan pemimpin terbaik sepanjang masa. Allah berfirman, ‎ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ ‎ Dan sungguh pd dirimu terdapat teladan yg baik bagi mereka yg mengharapkankan Allah dan hari akhir, dan barang siapa yg engkar sungguh Allah maha kaya dan terpuji. ‎ Rasulullah salallahu a’alaihi wassalam misalnya, meskipun ia seorang pemimpin umat, akan tetapi ia tetap dgn rela dan senang hati melakukan berbagai pekerjaan rumah. Rasulullah bahkan menjahit pakaiannya yg robek sendiri. Demikianlah rasulullah berusaha untk jg menjadi pemimpin terbaik tak hanya di tengah masyarakat, tetapi jg dlm keluarga. Kita jg butuh seorang pemimpin seperti Abu Bakar Asshidiq yg begitu rendah hati dan siap menerima masukan dari kritik dari umatnya. Beliau berkata dlm khutbahnya ketika diangkat sebagai khalifah, ‎ أَمّا بَعْدُ أَيّهَا النّاسُ فَإِنّي قَدْ وُلّيت عَلَيْكُمْ وَلَسْت بِخَيْرِكُمْ فَإِنْ أَحْسَنْت فَأَعِينُونِي ، وَإِنْ أَسَأْت فَقَوّمُونِي ‎ Amma ba’du. Sungguh aku telah dipilih oleh kalian (untuk memimpin) dan bukanlah aku orang yg terbaik di antara kalian. Oleh karena itu, jika aku benar, maka bantulah aku, tetapi jika aku salah, maka luruskanlah.‎ Kita jg butuh seorang pemimpin yg dekat dgn para ulama, yg suka belajar dari mereka.
Dalam suatu kisah disebutkan, ‎ لما تولى الخليفة عمر بن عبدالعزيز الخلافة بعث إلى الحسن بن أبي الحسن البصري يسأله عن صفات الإمام العادل فكتب البصري: اعلم يا أمير المؤمنين أن الله جعل الإمام العادل قوام كل مائل، وقصد كل جائر، وصلاح كل فاسد، وقوة كل ضعيف، ونصفة كل مظلوم، ومفزع كل ملهوف ‎ Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirim utusan kepada Hasan bin Abi Hasan Albasri untk menanyakan karakater pemimpin yg adil, maka dijawab oleh Hasan Al Bashri, : Wahai amirul mukminin, sesungguhnya Allah menjadikan seorang pempimpin yg adil itu mampu memimpin umatnya, menghancurkan semua penyimpangan (korupsi), memperbaiki semua yg rusak, menguatkan kelompok yg lemah, membantu mereka yg tertindas dan menakutkan semua yg curang. ‎ Hal tersebut menggambarkan bagaimana seorang umar bin abdul aziz yg merupakan seorang pemimpin yg sangat terkenal keadilannya bersikap begitu tawadhu’. Pada masanya begitu sulit mencari orang yg menerima zakat karena hampir semua orang hidup layak. Umar bin Abdul Aziz berjuang keras untk mensejahterahkan rakyatnya. ‎ Bahkan pernah suatu hari, ketika Umar Bin Abdul Aziz sedang tidur-tiduran disiang hari, ia diingatkan oleh anaknya, wahai ayah, apakah ayah tak takut dgn hari pertemuan dgn Allah ketika ayah diminta untk mempertanggungjawabkan kepemimpinan ayah?. Maka pd waktu itu, Umar bin Abdul Aziz tak pernah tidur di siang hari, sementara sebagian malamnya dihabiskan untk khusu’ beribadah kepada Allah. Maka bagaimanakah dgn para pemimpin kita?. Kita berharap dan berdoa semoga mereka termasuk pemimpin yg adil. Pemimpin yg dlm hadits rasulullah merupakan salah satu dari tujuh kelompok yg akan masuk sorga tanpa hisab ketika tak ada perlindungan selain perlindungan dari Allah. Kekuasaan Pemimpin
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yg Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yg Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yg Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yg Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-'Imran (3):26) Ketaatan Kepada Pemimpin
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Hai orang-orang yg beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS.An-Nisa (4):59)
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yg memberi petunjuk dgn perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (QS. Al-Anbiya (21):73)
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yg memberi petunjuk dgn perintah Kami ketika mereka sabar . Dan adlh mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-Sajdah (32) :24)‎
Pemimpin yg Beriman dan Bertakwa
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاء مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ
Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yg menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yg disembunyikan oleh hati mereka adlh lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS. Al-'Imran (3) :118).
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً
Kaum laki-laki itu adlh pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yg lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yg saleh, ialah yg ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) . Wanita-wanita yg kamu khawatirkan nusyuznya , maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untk menyusahkannya . Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An-Nisaa’: 34)
Kesejahteraan rakyat adlh Tanggung jawab seorang pemimpin
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Ibn umar r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda : tiap orang adlh pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yg dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yg dipimpinnya. Seorang isteri yg memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yg bertugas memelihara barang milik majikannya jg akan ditanya dari hal yg dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yg dipimpinnya. (buchary, muslim)
Penjelasan:
Pada dasarnya, hadis di atas berbicara tentang etika kepemimpinan dlm islam. Dalam hadis ni dijelaskan bahwa etika paling pokok dlm kepemimpinan adlh tanggun jawab. Semua orang yg hidup di muka bumi ni disebut sebagai pemimpin. Karenanya, sebagai pemimpin, mereka semua memikul tanggung jawab, sekurang-kurangnya terhadap dirinya sendiri. Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya, seorang bapak bertangung jawab kepada anak-anaknya, seorang majikan betanggung jawab kepada pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab kepada bawahannya, dan seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab kepada rakyat yg dipimpinnya, dst.
Akan tetapi, tanggung jawab di sini bukan semata-mata bermakna melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tak menyisakan dampak (atsar) bagi yg dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yg dimaksud tanggung jawab di sini adlh lebih berarti upaya seorang pemimpin untk mewujudkan kesejahteraan bagi pihak yg dipimpin. Karena kata ra ‘a sendiri secara bahasa bermakna gembala dan kata ra-‘in berarti pengembala. Ibarat pengembala, ia harus merawat, memberi makan dan mencarikan tempat berteduh binatang gembalanya. Singkatnya, seorang penggembala bertanggung jawab untk mensejahterakan binatang gembalanya.
Tapi cerita gembala hanyalah sebuah tamsil, dan manusia tentu berbeda dgn binatang, sehingga menggembala manusia tak sama dgn menggembala binatang. Anugerah akal budi yg diberikan allah kepada manusia merupakan kelebihan tersendiri bagi manusia untk mengembalakan dirinya sendiri, tanpa harus mengantungkan hidupnya kepada penggembala lain. Karenanya, pertama-tama yg disampaikan oleh hadis di atas adlh bahwa tiap manusia adlh pemimpin yg bertanggung jawab atas kesejahteraan dirinya sendiri. Atau denga kata lain, seseorang mesti bertanggung jawab untk mencari makan / menghidupi dirinya sendiri, tanpa mengantungkan hidupnya kepada orang lain
Dengan demikian, karena hakekat kepemimpinan adlh tanggung jawab dan wujud tanggung jawab adlh kesejahteraan, maka bila orang tua hanya sekedar memberi makan anak-anaknya tetapi tak memenuhi standar gizi serta kebutuhan pendidikannya tak dipenuhi, maka hal itu masih jauh dari makna tanggung jawab yg sebenarnya. Demikian pula bila seorang majikan memberikan gaji prt (pekerja rumah tangga) di bawah standar ump (upah minimu provinsi), maka majikan tersebut belum bisa dikatakan bertanggung jawab. Begitu pula bila seorang pemimpin, katakanlah presiden, dlm memimpin negerinya hanya sebatas menjadi pemerintah saja, tapi tak ada upaya serius untk mengangkat rakyatnya dari jurang kemiskinan menuju kesejahteraan, maka presiden tersebut belum bisa dikatakan telah bertanggung jawab. Karena tanggung jawab seorang presiden harus diwujudkan dlm bentuk kebijakan yg berpihak pd rakyat kecil dan kaum miskin, bukannya berpihak pd konglomerat dan teman-teman dekat. Oleh sebab itu, bila keadaan sebuah bangsa masih jauh dari standar kesejahteraan, maka tanggung jawab pemimpinnya masih perlu dipertanyakan.‎
Hukuman bagi pemimpin yg menipu rakyat
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ عَادَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ الْمُزنِيَّ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ قَالَ مَعْقِلٌ إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ لِي حَيَاةً مَا حَدَّثْتُكَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Abu ja’la (ma’qil) bin jasar r.a berkata: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: tiada seorang yg diamanati oleh allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan baginya surga. (buchary, muslim)
Penjelasan:
Kejujuran adlh modal yg paling mendasar dlm sebuah kepemimpinan. Tanpa kejujuran, kepemimpinan ibarat bangunan tanpa fondasi, dari luar nampak megah tapi di dalamnya rapuh dan tak bisa bertahan lama. Begitu pula dgn kepemimpinan, bila tak didasarkan atas kejujuran orang-orang yg terlibat di dalamnya, maka jangan harap kepemimpinan itu akan berjalan dgn baik. Tapi kejujuran di sini tak bisa hanya mengandalakan pd satu orang saja, kepada pemimpin saja misalkan. Akan tetapi semua komponen yg terlibat di dalamnya, baik itu pemimpinnya, pembantunya, staf-stafnya, hingga struktur yg paling bawah dlm kepemimpnan ini, semisal tukang sapunya, harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Hal itu karena tak sedikit dlm sebuah kepemimpinan, / sebuah organisasi, terdapat pihak yg jujur tapi jg terdapat pihak yg tak jujur. Bila pemimpinnya jujur tapi staf-stafnya tak jujur, maka kepemimpinan itu jg akan rapuh. Begitu pula sebaliknya.
Tapi secara garis besar, yg sangat ditekankan dlm hadis ni adlh seorang pemimpin harus memberikan suri tauladan yg baik kepada pihak-pihak yg dipimpinnya. Suri tauladan ni tentunya harus diwujudkan dlm bentuk kebijakan-kebijakan / keputusan-keputusan pemimpin yg tak menipu dan melukai hati rakyatnya. Pemimpin yg menipu dan melukai hati rakyat, dlm hadis ni disebutkan, diharamkan oleh allah untk mengninjakkan kaki si sorga. Meski hukuman ni nampak kurang kejam, karena hanya hukuman di akhirat dan tak menyertakan hukuman di dunia, tapi sebenarnya hukuman haram masuk sorga ni mencerminkan betapa murkanya allah terhadap pemimpin yg tak jujur dan suka menipu rakayat.
Pemimpin dilarang bersikap birokratis
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِمَاسَةَ قَالَ أَتَيْتُ عَائِشَةَ أَسْأَلُهَا عَنْ شَيْءٍ فَقَالَتْ مِمَّنْ أَنْتَ فَقُلْتُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ مِصْرَ فَقَالَتْ كَيْفَ كَانَ صَاحِبُكُمْ لَكُمْ فِي غَزَاتِكُمْ هَذِهِ فَقَالَ مَا نَقَمْنَا مِنْهُ شَيْئًا إِنْ كَانَ لَيَمُوتُ لِلرَّجُلِ مِنَّا الْبَعِيرُ فَيُعْطِيهِ الْبَعِيرَ وَالْعَبْدُ فَيُعْطِيهِ الْعَبْدَ وَيَحْتَاجُ إِلَى النَّفَقَةِ فَيُعْطِيهِ النَّفَقَةَ فَقَالَتْ أَمَا إِنَّهُ لَا يَمْنَعُنِي الَّذِي فَعَلَ فِي مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ أَخِي أَنْ أُخْبِرَكَ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَيْتِي هَذَا اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا ابْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ عَنْ حَرْمَلَةَ الْمِصْرِيِّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِمَاسَةَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ
‘Aisjah r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda di rumahku ni : ya allah siapa yg menguasai sesuatu dari urusan umatku, lalu mempersukar pd mereka, maka persukarlah baginya. Dan siapa yg mengurusi umatku lalu berlemah lembut pd mereka, maka permudahlah baginya. (hr. Muslim)
Penjelasan:
Hadis ni menerangkan tentang larangan seorang pemimpin untk bersikap arogan, elitis, represif dan birokratis / mempersulit urusan-urusan rakyatnya. Karena sebagaimana kita ketahui, tak sedikit pemimpin yg bersikap arogan dan mempersulit urusan-urusan rakyatnya. Untuk mengurusi dokumen-dokumen kewarganegaraan saja misalkan, seperti ktp, akta kelahiran, perijinan usaha, dsb, seorang rakyat harus melalui tahapan-tahapan yg cukup rumit dan memakan waktu dan biaya yg tak sedikit.
Padahal, seorang pemimpin, menurut hadis ini, harus memberikan pelayanan yg maksimal serta tak menyulitkan warga / rakyat. Bila semua urusan itu bisa dipermudah kenapa harus dipersulit. Akibatnya, birokrasi yg sejatinya bertujuan untk mempermudah, berbalik menjadi mempersulit segala urusan rakyat. Oleh sebab itu, bila sorang pemimpin suka mempersulit urusan rakyatnya, maka niscaya allah akan mempersulit segala urusan dia baik di dunia lebih-lebih di akhirat nanti. Kontrak politik sebagai mekanisme kontrol terhadap pemimpin
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ فُرَاتٍ الْقَزَّازِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ قَالَ قَاعَدْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ خَمْسَ سِنِينَ فَسَمِعْتُهُ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
Abu hurairah r.a berkata : rasulullah saw bersabda : dahulu bani israil selalu dipimpin oleh nabi, tiap mati seorang nabi seorang nabi digantikan oleh nabi lainnya, dan sesudah aku ni tak ada nabi, dan akan terangkat sepeninggalku beberapa khalifah. Bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: ya rasulullah apakah pesanmu kepada kami? Jawab nabi: tepatilah baiatmu (kontrak politik) pd yg pertama, dan berikan kepada mereka haknya, dan mohonlah kepada allah bagimu, maka allah akan menanya mereka dari hal apa yg diamanatkan dlm memelihara hambanya.
Penjelasan:
Pada umumnya, kata bai’at diartikan sebagai janji. Tapi sebenarnya, kata bai’at berasal dari suku kata bahasa arab ba-ya-‘a yg bermakna transaksi. Bila transaksi ni konteksnya adlh ekonomi maka ia berarti jual beli yg kemudian dikenal dgn kata kerja bu yu’ yg berarti terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli. Akan tetapi bila konteks kata tersebut adlh politik, maka yg dimaksud transaksi di sini adlh sebuah perjanjian antar rakyat dan pemimpin. Karena itu, tak heran bila rasul s.a.w senantiasa menekankan pentingnya bai’at dlm sebuah kepemimpinan, dgn bai’at seorang pemimpin telah melakukan transaksi politik yg menuntut pemenuhan atas point-poin yg menjadi ksepakatan dlm transaksi mereka (pemimpin dan rakyat).
Akan tetapi, dlm konteks belakangan ini, kata bai’at mengalami reduksi makna hanya sekedar sumpah jabatan yg biasanya bersifat pasif dan tak memberikan ruang tawar menawar politik antara rakyat dan pemimpin. Bila kita melihat praktik sumpah jabatan di indonesia misalkan, sumpah jabatan presiden hanya dibacakan secara sepihak antara mpr dan presiden tapi tak menyisakan ruang negoisasi antara rakyat dan prsiden. Padahal, rakyat sebagai pihak yg dipimpin seharusnya berhak membuat kesepakatan-kesepakatan politik tertentu dgn presiden yg bila kesepakatan itu dilanggar maka jabatan presidien dgn sendirinya akan gugur. Oleh sebab itu, agar sumpah jabatan ni tak sekedar menjadi ritual dlm tiap pemilihan presiden / pemimpin tapi tak memiliki dampak yg berarti dlm proses kepemimpinannnya, maka kemudian kita mengenal apa yg dlm istilah politik disebut sebagai kontrak politik.
Kontrak politik di sini mengandung pengertian sebuah ruang dimana antara pemimpin dan rakyat melakukan transaksi dan membuat kesepakatan-kesepakatan tertentu yg memilki resiko-resiko bila kedua belah pihak melanggarnya. Kontrak politik, dlm hal ni tak berbeda dgn ba’at dlm istilah islam. Hanya saja, kontrak politik terjadi antara rakyat dan pemimpin secara setara dan diketahui secara publik, tetapi bai’at dilakukan oleh rakyat, pemimpin dan di atas keduanya ada tuhan sebagai saksi. Oleh sebab itu, bila kita memaknai hadis di atas secara dlm dan kontekstual, maka kita dpt menangkap pesan bahwa rasul s.a.w menekankan betapa pentingnya sebuah kontrak politik dlm sebuah sistem kepemimpinan yg islami.
Pemimpin dilarang bersikap otoriter
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ أَنَّ عَائِذَ بْنَ عَمْرٍو وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ زِيَادٍ فَقَالَ أَيْ بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ شَرَّ الرِّعَاءِ الْحُطَمَةُ فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ فَقَالَ لَهُ اجْلِسْ فَإِنَّمَا أَنْتَ مِنْ نُخَالَةِ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ وَهَلْ كَانَتْ لَهُمْ نُخَالَةٌ إِنَّمَا كَانَتْ النُّخَالَةُ بَعْدَهُمْ وَفِي غَيْرِهِمْ
‘Aidz bin amru r.a, ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata: hai anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: sesungguhnya sejahat-jahat pemerintah yaitu yg kejam (otoriter), maka janganlah kau tergolong daripada mereka. (HR. Buchary, Muslim) Pemimpin sebagai pelayan rakyat
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَنَّ الْقَاسِمَ بْنَ مُخَيْمِرَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا مَرْيَمَ الْأَزْدِيَّ أَخْبَرَهُ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَقَالَ مَا أَنْعَمَنَا بِكَ أَبَا فُلَانٍ وَهِيَ كَلِمَةٌ تَقُولُهَا الْعَرَبُ فَقُلْتُ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ أُخْبِرُكَ بِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِم

0 Response to "Penjelasan Tentang Hakikat Pemimpin"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *